Kehidupan seorang nelayan di negara Indonesia ini jika dilihat masih sangat jauh dari kondisi yang sejahtera. Tidak banyak dari nelayan yang mampu bekerja secara mandiri dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari dan mereka masih membutuhkan banyak pihak untuk turut serta mensejahterakan hidupnya. Hal-hal ini ditandai dengan masih banyaknya monopoli yang terjadi di dalam transaksi yang berhubungan dengan para nelayan dan pasar, dalam sistem transaksi ini monopoli pasar nelayan sebagian besar masih dikuasai oleh para tengkulak. Karena sejatinya beberapa nelayan yang ada hidup dari keluarga yang miskin maupun sederhana, maka mereka pun tidak mempunyai modal yang cukup untuk bisa memulai pekerjaannya untuk melaut. Biasanya para nelayan ini meminjam modal untuk melaut kepada para tengkulak, tetapi pada akhirnya setelah berjalannya pekerjaan mereka tengkulak ini mulai memberikan banyak aturan bagi para nelayan untuk bisa mengembalikan modal yang mereka pinjam. Tengkulak biasanya memberikan pinjaman yang manis di awal, tetapi harus dikembalikan dengan bunga yang lumayan besar atau setidaknya jika tidak bisa maka hasil dari tangkapan para nelayan inilah yang tengkulak beli dengan harga yang murah supaya mereka bisa menjualnya kembali ke konsumen di pasaran dengan harga yang tinggi. Hal ini juga menjadi pemicu dalam kesejahteraan nelayan yang tidak kunjung membaik meski mereka sudah bekerja dengan susah payah dalam mencari ikan. Dibutuhkan adanya kemandirian serta edukasi yang baik dari para nelayan ini agar bisa mencapai titik kesejahteraan untuk mereka.
Seperti kisah Pak Mirza yang sehari-harinya bekerja sebagai nelayan. Ia sendiri bersama dengan rekan-rekannya setiap hari melakukan aktivitas memancing ikan dengan menggunakan kapal yang didapatkannya dengan meminjam modal dari tengkulak. Di mulai dari pagi hari hingga malam menjelang mereka bekerja dengan giat demi mendapat hasil yang maksimal. Namun karena mereka meminjam kapal dari tengkulak tentunya ada harga yang harus dibayar oleh mereka, dari setiap hasil tangkapan mereka harus disetor langsung kepada tengkulak dan hasilnya pun walau melimpah tapi harus dibayar murah oleh tengkulak ini karena sebagai ganti penyewaan kapal oleh nelayan. Dari upah hasil tangkapan ikan yang dihasilkan oleh Pak Mirza ini hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari itu pun juga sangat pas-pasan, belum lagi ada keperluan-keperluan lain yang mendesak di keluarganya sehingga dengan upah yang pas-pasan tersebut sangat membebani keluarga Pak Mirza.
Kehidupan Pak Mirza ini pun berjalan terus sampai ketika ia dikenalkan kepada sebuah teknologi bernama Blockchain. Pada awalnya ia pun belum paham betul cara kerja sistem ini, namun setelah mendapat edukasi yang cukup baru lah ia dapat menerapkannya dalam pekerjaannya. Dengan teknologi yang memungkinkan adanya integrasi data ke dalam satu sistem, maka tentunya itu dapat mengefisensikan kinerja Pak Mirza sebagai nelayan. Kedepannya dengan teknologi ini ia dapat dengan mudah melihat laporan laut yang akan ditujunya serta titik-titik dimana lokasi yang terdapat banyak ikan. Ia juga dapat mengatur perencanaan dalam melaut seperti mendata awak kapal, persediaan logistik di kapal dan bahkan bahan bakar yang akan dipergunakan. Belum sampai situ saja, untuk durasi melaut serta mengurus perizinan kapal pun bisa dimudahkan dengan adanya teknologi ini. Setelah ia melaut pun hasil tangkapannya juga dapat terdata secara rinci dimulai dari jenis-jenis ikan yang ia tangkap, kualitas ikannya dan juga kuantitas dari ikan tersebut per jenisnya sehingga dapat diketahui berapa keuntungan yang akan di dapat olehnya dari hasil tangkapannya tersebut. Hasil tangkapannya juga dapat langsung dikumpulkan dengan Collecting Ship yang dimana ia tidak harus lagi capek-capek kembali ke pantai untuk menyetor ikannya dan ikannya pun bisa langsung dijual kepada konsumen dengan harga yang sesuai tanpa harus melalui tengkulak yang tentu akan merugikan dirinya serta rekan-rekannya sesama nelayan. Para nelayan ini akan di fasilitasi dengan baik dan tentunya keuntungan yang mereka dapat juga akan menjadi berkali-kali lipat. Berkat kemajuan teknologi ini nantinya akan membuat para nelayan seperti Pak Mirza menjadi lebih sejahtera kedepannya.
Dengan adanya teknologi seperti ini, Pak Mirza bisa dengan mudah mengetahui jenis-jenis ikan yang ia tangkap. Saat ini Pak Mirza juga bisa mencari jenis ikan lain karena sudah memiliki data tentang potensi jenis-jenis ikan yang ada di lautan. Karena hal tersebut ia juga bisa semakin produktif dalam mencari ikan dan ia juga bisa tahu akan permintaan pasar untuk jenis-jenis ikan yang laku di pasaran serta cukup menjanjikan. Jenis-jenis ikan yang sering menjadi permintaan adalah jenis ikan tuna, salmon, barakuda dan juga sarden. Pak Mirza bisa setiap harinya untuk mencari ikan yang berbeda jenis dan sesuai permintaan pasar melalui data yang ada. Dengan kemudahan yang diberikan, ia beserta rekan-rekannya berinisiatif untuk mendistribusikan hasil tangkapannya langsung ke usaha-usaha makanan berbahan ikan atau ke pasar tradisional sehingga mereka tidak perlu lagi melewati tengkulak. Ia beserta rekan-rekannya dapat secara langsung memonitor alur pendistribusian ikan-ikannya dari saat mereka tangkap hingga sampai ke pasaran seperti usaha-usaha makanan berbahan ikan dan pasar-pasar ikan karena menggunakan aplikasi SSC. Aplikasi ini mensupport sistem supply chain menggunakan teknologi Blockchain sehingga pengiriman barang dapat terlacak secara real time dan semua data yang disajikan secara rinci dan akurat. Jika ingin tahu lebih lanjut bisa cek www.ssc.co.id untuk informasi selengkapnya.